Download film Jagal - The Act of Killing 2013 - Hallo sahabat Moviendofilm,kali ini kami akan membagikan link download film drama terbaru yang berjudul Jagal - The Act of Killing tahun 2013 Pertama kali saya menonton film the Act of Killing (JAGAL) tahun 2013 kemudian, tidak terdapat hal yg terlalu spesial dengan film tersebut, karena bangsa Indonesia telah faham perihal situasi kebathinan Indonesia sinkron konteks sejarahnya.
Film tersebut sudah dimanfaatkan oleh simpatisan komunis yang berlindung dibalik berita Hak Asasi insan yang sudah lama "membenci" Indonesia karena kekalahan politik pada masa kemudian. Sebut saja misalnya gerombolan Tapol (Tahanan Politik) yang dimotori oleh Carmel Budiardjo yg lalu didukung sang segelintir sahabatnya di Parlemen Inggris serta beberapa aktivis sosialis-komunis yang mengaku peduli menggunakan Indonesia. Kelompok lain ialah East Timor Action Network (ETAN) yang belakangan namanya dirubah sedikit menjadi East Timor and Indonesia Action Network yang dimotori oleh John M. Miller. Ke 2 organisasi tersebut sesungguhnya kecil tetapi memiliki jaringan yg mengagumkan pada berbagai negara khususnya di markasnya sendiri yakni ETAN pada AS dan Tapol pada Inggris. Perlu diakui bahwa kegiatan Tapol serta ETAN sudah banyak mencapai hasil yang jua dinikmati sang bangsa Indonesia, galat satunya artinya demokratisasi yg telah merubah wajah Indonesia menjadi negara demokrasi. Walaupun peranan ETAN dan Tapol bisa dikatakan mungil sebab konsentrasi kegiatan mereka yg relatif sempit, tetapi kadangkala gaungnya mirip lebih besar asal realitanya.
Review film Jagal - The Act of Killing 2013 Indonesia - Kisah Anwar Congo, Adi Zulkadry, Herman Koto atau bahkan ilustrasi lainnya pada Medan, Sumatera Utara tampak seperti dokumentasi serta kesaksian asal tokoh-tokoh yg dipilih dalam film tersebut. Terlepas asal sempurna atau tidaknya penggambaran kisah jagal sepanjang film tadi, berdasarkan pandangan aku , negara tidak perlu menyampaikan respon sebab film dokumenter sekalipun hanyalah satu sudut pandang yang berhasil direkam. Pada kaitan ini, adalah sudut pandang atau kisah yang diingat berasal tokoh yg dipilih pengarah adegan. Andaikata ingatan tokoh yg dipilih pada film tersebut valid serta sahih terjadi, maka detail pembunuhan yang digambarkannya artinya kejahatan dirinya sendiri serta pengakuan yg dilakukannya melalui sebuah film ialah refleksi pribadi para tokoh yg diwawancarai tadi. Detail kekejaman yang digambarkan tokoh-tokoh pada film tadi artinya khas perilaku jahat dari oleh pelaku sendiri. Satu hal krusial yg harus kita sadari bersama merupakan bahwa Bangsa Indonesia tidak mempunyai mimpi buruk sebagaimana pelaku kekejaman dalam film tersebut. Mengapa kita tidak memiliki mimpi buruk sebagaimana pelaku kekejaman pada film tadi, sebab lebih banyak didominasi bangsa Indonesia sama sekali tidak terlibat menggunakan aneka macam insiden itu dan hal itu menjadi kurang penting manakala dikaitkan menggunakan kepentingan bangsa. Namun Bila dikaitkan dengan kepentingan menengakan keadilan dan rasa humanisme, barangkali upaya rekonsiliasi kebenaran masih dapat diteruskan dalam rangka pembelajaran generasi belia Indonesia buat masa depan Indonesia yang lebih baik.
Cerita satu sisi dari galat seorang atau beberapa orang yg mengaku menjadi pelaku kejahatan pada masa lalu yang dikemas dan didramatisir ala akting theatrikal memang menarik serta mungkin jarang dilakukan, sehingga film tersebut menerima penghargaan. Hal ini bukan saja sebab faktor keunikan kisahnya, melainkan pula karena detail kekejaman yg sulit diterima akal mayoritas bangsa Indonesia. Satu hal yang janggal adalah sisi-sisi propaganda yang mendeskripsikan ultranasionalis ala Nazi seolah tidak ada rasa bersalah atas nama Pancasila yang direpresentasikan dengan Pemuda Pancasila.
Negara Indonesia di saat itu dapat dikatakan tidak normal, setelah coup atau pengalihan kekuasaan berasal Presiden Sukarno kepada Presiden Suharto, potensi perseteruan dan ketegangan terjadi dimana-mana. Hal itu ditimbulkan oleh meruncingnya permasalahan antara kaum komunis menggunakan gerombolan nasionalis serta kepercayaan .
Komunisme artinya ideologi yang dijadikan "musuh" oleh pemerintah Orde Baru serta dijadikan musuh beserta bangsa Indonesia. Hal itu artinya fakta sejarah dimana perang antara kaum komunis Indonesia melawan grup agama dan nasionalis meluas dimana-mana. Apabila kaum komunis lebih cerdas serta memenangkan konflik genting pada periode 1950-an hingga akhirnya kalah pada tahun 1965, tentunya Indonesia akan seperti negara gagal bekas Uni Soviet, sebab sirkulasi pimpinan komunis pada waktu itu ialah berkiblat pada Moskow dan bukan Beijing. Bila grup Tapol serta ETAN menuduh terjadi pembantaian jutaan kaum komunis, maka Bila komunis menang barangkali bangsa Indonesia akan tersisa separuh saja. Bahkan sebelum Komunis menang sekalipun, sudah banyak pimpinan agama dan rakyat Indonesia yg menjadi korban penghilangan nyawa. Aku masih jangan lupa cerita bagaimana Muso Alimin melancarkan operasi pembunuhan supaya rakyat Indonesia menentukan antara Muso atau Sukarno yang jua pernah direkam sejarah. Entahlah apakah masih terdapat saksi hidup kekejaman Komunis Indonesia yang bisa direkam pada film dokumenter.
Bagi saya. Tahun 1965 ialah tahun kritis yang akhirnya dimenangkan sang nasionalis dan Tentara dengan dukungan berasal gerombolan agama. Bahwa banyak korban pada pihak yg kalah yakni komunis mirip logika perang saudara dimana yg kalah menderita serta yg menang berkuasa. Di saat itu, belum ada hukum main mirip sistem demokrasi dan tidak terdapat penegakan hukum, sehingga hukumnya merupakan darurat militer, sehingga tidak mengherankan apabila Pemerintah membentuk Kopkamtib buat memulihkan ketertiban. Bila langkah-langkah strategis tidak ditempuh, maka insiden saling bunuh antara anggota rakyat akan mirip menggunakan situasi saling bunuh antara etnis pada Afrika, tidak terkendali dan terjadi dalam jangka saat yang panjang. Pewawancara tampak berupaya menggiring insiden sejarah 1965 ke dalam diskusi kejahatan perang, hal ini sangat tidak wajar sebab perseteruan yg digambarkan dalam film ialah antar rakyat warga non-combatant.
Sisi baik dari film the Act of Killing artinya membuka sisi gelap sejarah Indonesia yg berdarah-darah buat menyadarkan kita sebagai bangsa buat tidak mengulanginya. Meskipun film tersebut tidak dapat digeneralisir sebagai fenomena umum yg terjadi di Indonesia tahun 1965-an, namun kita sampai saat ini masih menyaksikan bagaimana amuk massa serta kekejaman manusia Indonesia masih terjadi. Sebagaimana terjadi pada tahun 1998, pertarungan Islam-Kristen pada Poso, kasus antar etnis Dayak-Madura pada Sampang, konflik Aceh, permasalahan Ambon, perseteruan pada Nusa Tenggara Barat, konflik Timor-Timur, permasalahan Papua, kelompok Ahmadiyah, kelompok Shiah, dll.
Tidak terdapat yg perlu ditakuti asal sejarah Indonesia betapapun suramnya. Namun yg wajib diperhatikan artinya bahwa pengungkapan sejarah bukan buat mengungkit-ungkit menang-kalah yg akan membangkitkan balik semangat saling bunuh yg pernah terjadi. Hal ini jua bukan alasan buat membangkitkan komunisme yg akan pulang memecah belah bangsa Indonesia serta menghambat kemajuan Indonesia ke depan.
Kita punya sejarah, tetapi kita jua punya masa depan. Apakah kita harus larut serta takut menggunakan sejarah tentunya tidak PERLU. Namun kita harus sadar bahwa sejarah kita tidak tepat menjadi bangsa. Sebagaimana pula pembantaian yg dilakukan pendatang Eropa di Amerika perkumpulan, kekejaman penjahat berasal Inggris yg dibuang ke Australia serta membantai suku Aborigin.
Hal yang perlu disadari oleh bangsa Indonesia adalah bahwa kita mempunyai potensi buat KEJAM dan hal ini pernah terjadi pada sejarah Indonesia yg belum dewasa, belum matang, dan belum demokratis.
Sisi bahaya berasal film asal sisi kebangsaan dan kepentingan nasional Indonesia merupakan bisa menjadi alasan buat kebangkitan komunisme Indonesia. Lalu seolah-olah kaum komunis Indonesia tidak kejam dan sebaliknya kaum nasionalis, kepercayaan dan tentara yg sangat kejam. Satu hal yg perlu disadari ialah bahwa kaum komunis tersebut pula bangsa Indonesia yg memiliki potensi buat KEJAM terlebih Jika berkuasa.
Mengapa ada pihak-pihak yg monoton menuntut "permintaan maaf" terhadap kaum komunis? Hal ini adalah langkah strategis buat menyampaikan landasan kebangkitan komunisme Indonesia yg bisa hayati di alam demokrasi. Dengan bangkitnya komunis, maka komponen politik domestik Indonesia akan pulang NAS-A-KOM yang akan cenderung tidak stabil dan merusak Indonesia menjadi bangsa yg akbar dalam jangka waktu 25-50 tahun ke depan. Mengapa tidak akan stabil, sebab karakter dan potensi kita buat sebagai KEJAM.
Apa buktinya kita berpotensi KEJAM? Menggunakan dalih Nasionalisme, umat Islam yg ingin menegakkan syariah Islam serta tokoh akbar Islam mirip Kartosuwiryo dan sebagian tokoh-tokoh lainnya dieksekusi. Dengan dalih agama, gerombolan Jemaah Islamiyah tega membunuhi insan menggunakan cara terorisme. Dengan dalih komunisme, tokoh-tokoh kepercayaan Islam di Jawa jua dibunuhi sang kaum komunis.
Akhir istilah, kita perlu menyadari syarat obyektif bangsa kita sendiri dengan segala potensinya berasal sejarahnya juga masa depannya. Film the Act of Killing bisa menjadi cermin buat introspeksi, tetapi bukan rujukan kebenaran sejarah. Tidak perlu risau bagaimana film tadi "mendiskreditkan" potensi-potensi positif bangsa Indonesia yg saat ini demokratis, menjunjung tinggi HAM, dan ulet menciptakan bangsa baik melalui good governance pada pada negeri juga usaha yang handal di global internasional.
Ini adalah cuplikan trailer dari Jagal - The Act of Killing :
Film tersebut sudah dimanfaatkan oleh simpatisan komunis yang berlindung dibalik berita Hak Asasi insan yang sudah lama "membenci" Indonesia karena kekalahan politik pada masa kemudian. Sebut saja misalnya gerombolan Tapol (Tahanan Politik) yang dimotori oleh Carmel Budiardjo yg lalu didukung sang segelintir sahabatnya di Parlemen Inggris serta beberapa aktivis sosialis-komunis yang mengaku peduli menggunakan Indonesia. Kelompok lain ialah East Timor Action Network (ETAN) yang belakangan namanya dirubah sedikit menjadi East Timor and Indonesia Action Network yang dimotori oleh John M. Miller. Ke 2 organisasi tersebut sesungguhnya kecil tetapi memiliki jaringan yg mengagumkan pada berbagai negara khususnya di markasnya sendiri yakni ETAN pada AS dan Tapol pada Inggris. Perlu diakui bahwa kegiatan Tapol serta ETAN sudah banyak mencapai hasil yang jua dinikmati sang bangsa Indonesia, galat satunya artinya demokratisasi yg telah merubah wajah Indonesia menjadi negara demokrasi. Walaupun peranan ETAN dan Tapol bisa dikatakan mungil sebab konsentrasi kegiatan mereka yg relatif sempit, tetapi kadangkala gaungnya mirip lebih besar asal realitanya.
Film Jagal - The Act of Killing 2013 Indonesia
Review film Jagal - The Act of Killing 2013 Indonesia - Kisah Anwar Congo, Adi Zulkadry, Herman Koto atau bahkan ilustrasi lainnya pada Medan, Sumatera Utara tampak seperti dokumentasi serta kesaksian asal tokoh-tokoh yg dipilih dalam film tersebut. Terlepas asal sempurna atau tidaknya penggambaran kisah jagal sepanjang film tadi, berdasarkan pandangan aku , negara tidak perlu menyampaikan respon sebab film dokumenter sekalipun hanyalah satu sudut pandang yang berhasil direkam. Pada kaitan ini, adalah sudut pandang atau kisah yang diingat berasal tokoh yg dipilih pengarah adegan. Andaikata ingatan tokoh yg dipilih pada film tersebut valid serta sahih terjadi, maka detail pembunuhan yang digambarkannya artinya kejahatan dirinya sendiri serta pengakuan yg dilakukannya melalui sebuah film ialah refleksi pribadi para tokoh yg diwawancarai tadi. Detail kekejaman yang digambarkan tokoh-tokoh pada film tadi artinya khas perilaku jahat dari oleh pelaku sendiri. Satu hal krusial yg harus kita sadari bersama merupakan bahwa Bangsa Indonesia tidak mempunyai mimpi buruk sebagaimana pelaku kekejaman dalam film tersebut. Mengapa kita tidak memiliki mimpi buruk sebagaimana pelaku kekejaman pada film tadi, sebab lebih banyak didominasi bangsa Indonesia sama sekali tidak terlibat menggunakan aneka macam insiden itu dan hal itu menjadi kurang penting manakala dikaitkan menggunakan kepentingan bangsa. Namun Bila dikaitkan dengan kepentingan menengakan keadilan dan rasa humanisme, barangkali upaya rekonsiliasi kebenaran masih dapat diteruskan dalam rangka pembelajaran generasi belia Indonesia buat masa depan Indonesia yang lebih baik.
Cerita satu sisi dari galat seorang atau beberapa orang yg mengaku menjadi pelaku kejahatan pada masa lalu yang dikemas dan didramatisir ala akting theatrikal memang menarik serta mungkin jarang dilakukan, sehingga film tersebut menerima penghargaan. Hal ini bukan saja sebab faktor keunikan kisahnya, melainkan pula karena detail kekejaman yg sulit diterima akal mayoritas bangsa Indonesia. Satu hal yang janggal adalah sisi-sisi propaganda yang mendeskripsikan ultranasionalis ala Nazi seolah tidak ada rasa bersalah atas nama Pancasila yang direpresentasikan dengan Pemuda Pancasila.
Negara Indonesia di saat itu dapat dikatakan tidak normal, setelah coup atau pengalihan kekuasaan berasal Presiden Sukarno kepada Presiden Suharto, potensi perseteruan dan ketegangan terjadi dimana-mana. Hal itu ditimbulkan oleh meruncingnya permasalahan antara kaum komunis menggunakan gerombolan nasionalis serta kepercayaan .
Komunisme artinya ideologi yang dijadikan "musuh" oleh pemerintah Orde Baru serta dijadikan musuh beserta bangsa Indonesia. Hal itu artinya fakta sejarah dimana perang antara kaum komunis Indonesia melawan grup agama dan nasionalis meluas dimana-mana. Apabila kaum komunis lebih cerdas serta memenangkan konflik genting pada periode 1950-an hingga akhirnya kalah pada tahun 1965, tentunya Indonesia akan seperti negara gagal bekas Uni Soviet, sebab sirkulasi pimpinan komunis pada waktu itu ialah berkiblat pada Moskow dan bukan Beijing. Bila grup Tapol serta ETAN menuduh terjadi pembantaian jutaan kaum komunis, maka Bila komunis menang barangkali bangsa Indonesia akan tersisa separuh saja. Bahkan sebelum Komunis menang sekalipun, sudah banyak pimpinan agama dan rakyat Indonesia yg menjadi korban penghilangan nyawa. Aku masih jangan lupa cerita bagaimana Muso Alimin melancarkan operasi pembunuhan supaya rakyat Indonesia menentukan antara Muso atau Sukarno yang jua pernah direkam sejarah. Entahlah apakah masih terdapat saksi hidup kekejaman Komunis Indonesia yang bisa direkam pada film dokumenter.
Bagi saya. Tahun 1965 ialah tahun kritis yang akhirnya dimenangkan sang nasionalis dan Tentara dengan dukungan berasal gerombolan agama. Bahwa banyak korban pada pihak yg kalah yakni komunis mirip logika perang saudara dimana yg kalah menderita serta yg menang berkuasa. Di saat itu, belum ada hukum main mirip sistem demokrasi dan tidak terdapat penegakan hukum, sehingga hukumnya merupakan darurat militer, sehingga tidak mengherankan apabila Pemerintah membentuk Kopkamtib buat memulihkan ketertiban. Bila langkah-langkah strategis tidak ditempuh, maka insiden saling bunuh antara anggota rakyat akan mirip menggunakan situasi saling bunuh antara etnis pada Afrika, tidak terkendali dan terjadi dalam jangka saat yang panjang. Pewawancara tampak berupaya menggiring insiden sejarah 1965 ke dalam diskusi kejahatan perang, hal ini sangat tidak wajar sebab perseteruan yg digambarkan dalam film ialah antar rakyat warga non-combatant.
Sisi baik dari film the Act of Killing artinya membuka sisi gelap sejarah Indonesia yg berdarah-darah buat menyadarkan kita sebagai bangsa buat tidak mengulanginya. Meskipun film tersebut tidak dapat digeneralisir sebagai fenomena umum yg terjadi di Indonesia tahun 1965-an, namun kita sampai saat ini masih menyaksikan bagaimana amuk massa serta kekejaman manusia Indonesia masih terjadi. Sebagaimana terjadi pada tahun 1998, pertarungan Islam-Kristen pada Poso, kasus antar etnis Dayak-Madura pada Sampang, konflik Aceh, permasalahan Ambon, perseteruan pada Nusa Tenggara Barat, konflik Timor-Timur, permasalahan Papua, kelompok Ahmadiyah, kelompok Shiah, dll.
Tidak terdapat yg perlu ditakuti asal sejarah Indonesia betapapun suramnya. Namun yg wajib diperhatikan artinya bahwa pengungkapan sejarah bukan buat mengungkit-ungkit menang-kalah yg akan membangkitkan balik semangat saling bunuh yg pernah terjadi. Hal ini jua bukan alasan buat membangkitkan komunisme yg akan pulang memecah belah bangsa Indonesia serta menghambat kemajuan Indonesia ke depan.
Kita punya sejarah, tetapi kita jua punya masa depan. Apakah kita harus larut serta takut menggunakan sejarah tentunya tidak PERLU. Namun kita harus sadar bahwa sejarah kita tidak tepat menjadi bangsa. Sebagaimana pula pembantaian yg dilakukan pendatang Eropa di Amerika perkumpulan, kekejaman penjahat berasal Inggris yg dibuang ke Australia serta membantai suku Aborigin.
Hal yang perlu disadari oleh bangsa Indonesia adalah bahwa kita mempunyai potensi buat KEJAM dan hal ini pernah terjadi pada sejarah Indonesia yg belum dewasa, belum matang, dan belum demokratis.
Sisi bahaya berasal film asal sisi kebangsaan dan kepentingan nasional Indonesia merupakan bisa menjadi alasan buat kebangkitan komunisme Indonesia. Lalu seolah-olah kaum komunis Indonesia tidak kejam dan sebaliknya kaum nasionalis, kepercayaan dan tentara yg sangat kejam. Satu hal yg perlu disadari ialah bahwa kaum komunis tersebut pula bangsa Indonesia yg memiliki potensi buat KEJAM terlebih Jika berkuasa.
Mengapa ada pihak-pihak yg monoton menuntut "permintaan maaf" terhadap kaum komunis? Hal ini adalah langkah strategis buat menyampaikan landasan kebangkitan komunisme Indonesia yg bisa hayati di alam demokrasi. Dengan bangkitnya komunis, maka komponen politik domestik Indonesia akan pulang NAS-A-KOM yang akan cenderung tidak stabil dan merusak Indonesia menjadi bangsa yg akbar dalam jangka waktu 25-50 tahun ke depan. Mengapa tidak akan stabil, sebab karakter dan potensi kita buat sebagai KEJAM.
Apa buktinya kita berpotensi KEJAM? Menggunakan dalih Nasionalisme, umat Islam yg ingin menegakkan syariah Islam serta tokoh akbar Islam mirip Kartosuwiryo dan sebagian tokoh-tokoh lainnya dieksekusi. Dengan dalih agama, gerombolan Jemaah Islamiyah tega membunuhi insan menggunakan cara terorisme. Dengan dalih komunisme, tokoh-tokoh kepercayaan Islam di Jawa jua dibunuhi sang kaum komunis.
Akhir istilah, kita perlu menyadari syarat obyektif bangsa kita sendiri dengan segala potensinya berasal sejarahnya juga masa depannya. Film the Act of Killing bisa menjadi cermin buat introspeksi, tetapi bukan rujukan kebenaran sejarah. Tidak perlu risau bagaimana film tadi "mendiskreditkan" potensi-potensi positif bangsa Indonesia yg saat ini demokratis, menjunjung tinggi HAM, dan ulet menciptakan bangsa baik melalui good governance pada pada negeri juga usaha yang handal di global internasional.
Ini adalah cuplikan trailer dari Jagal - The Act of Killing :
Sekian dulu untuk update film Jagal - The Act of Killing 2013 Indonesia kali ini,nantikan film lainnya hanya ada di Moviendofilm.
Keywords :
Download film Jagal - The Act of Killing 2013 DVDRIP Indonesia,Unduh film Jagal - The Act of Killing 2013 DVDRIP Indonesia,Sinopsis film Jagal - The Act of Killing 2013 DVDRIP Indonesia,Review film Jagal - The Act of Killing 2013 DVDRIP Indonesia,Download film Indonesia,cinema21,film terbaru gratis,film drama,film romantis,film tanah air
Posting Komentar